Minggu, 22 Juli 2012

Kutipan "Surat Terbuka Untuk Rassyid"

Surat terbuka ini saya kutip dari offth3bar.wordpress.com


Kepada gelandang tim nasional U-22, Rasyid Bakri..

Saya hanya seorang penggemar sepakbola nasional. Begitu mendengar bahwa kualifikasi piala Asia akan diselenggarakan di Pekanbaru, antusiasme saya menlonjak tinggi. Sudah lama saya tidak melihat pertandingan tim nasional. Saya dan puluhan ribu penonton lainnya mungkin tidak peduli ini timnas IPL atau ISL. Bahkan mungkin kami tidak peduli bahwa tidak ada yang kami tahu dari kalian selain Andik Vermansyah. Terlebih di penjualan tiket resmi, banner besar jadwal pertandingan ditambahkan foto Andik, dan Kim Kurniawan. Pemain keturunan Jerman yang ternyata tidak masuk skuad. Saya tidak tahu bahwa anda, Rasyid Bakri ada di daftar pemain skuad U-22.

Di pertandingan pertama melawan Australia, saya hanya memperhatikan nomor punggung 10 dari Indonesia. Seperti selisi stadion berharap magis akan timbul setiap dia memegang bola. Seperti orang berharap dia akan mengejar bola keseluruh sisi lapangan. Sebelum akhirnya saya melihat anda, nomor punggung 14. Saya tidak tahu nama anda, saya hanya tahu bahwa ketika menyerang, bola akan berawal dari anda, dan ketika bertahan, andalah orang pertama yang memotong serangan lawan. Saya melihat nomor punggung 14 ada di seluruh sudut lapangan. Berlari dari satu sisi ke sisi lain. Mencari ruang kosong, mengoper dengan benar, menekel lawan, bermain sederhana. “This is it…gelandang masa depan Negara saya”

Di pertandingan lawan Timor Leste yang memiliki organisasi permainan yang lebih rapi, anda adalah pemain paling tenang. Mencoba mengimbangi permainan rapi dan rapat dari gelandang – gelandang Timor Leste. Anda selalu berjaga di tengah lapangan ketika pemain lain mencoba menyerang. Anda tetap melindungi barisan belakang Indonesia ketika pemain – pemain lain mempertontonkan kemampuan Individu dan mendapat apresiasi dari penonton. Anda memastikan tim mendapat waktu yang cukup untuk menyusun kembali pertahanan ketika diserang balik dengan mengejar bola kemana pun bola itu pergi. Ketika bola berhasil dikuasai Indonesia, anda yang memulai kemana serangan harus dimulai. Disini, para penonton mulai menyadari keberadaan anda. Dan memberi tepuk tangan di setiap pergerakan anda yang sangat tenang dibanding rekan – rekan anda yang lain.

Di pertandingan lawan Jepang, selama itu lini tengah dikuasai Jepang, selama itu juga anda berusaha mempertahankan dan memenangkannya kembali. Ketika Indonesia tertinggal 2 gol, aliran bola yang lancar di awal babak kedua berhasil memberi kita 1 gol melalui Pinalti, walaupun kita harus kebobolan 3 gol lagi. Itu disebabkan karena memang anda tidak mungkin menghadapi gelandang Jepang itu sendirian. Saya ingat disuatu kesempatan tendangan bebas untuk Jepang dan anda menjadi pagar betis, pemain Jepang menggangu anda dengan berjongkok di belakang anda. Mungkin melecehkan postur anda yang tidak seberapa. Tapi dibalik postur anda yang kecil, ketenangan anda mengawal lini tengah Indonesia membuat anda terlihat menjadi pemain besar di lapangan.

Saya mulai mencari biodata anda, bermain di PSM Makassar dan secara statistik memang presentasi anda menggagalkan serangan lawan cukup tinggi. Banyak yang membandingkan anda dengan gelandang Makassar yang menjadi andalan Indonesia di pertengahan 2000-an, Syamsul Bachri. Tapi menurut saya, anda lebih tenang, tekel anda lebih baik, passing anda lebih terukur, dan penempatan posisi anda luar biasa. Itu semua menutupi tinggi badan anda yang (katanya) hanya 164 cm. Anda tidak boleh berkecil hati, Lionel Messi, pemain sepakbola terbaik sekolong jagat hanya bertinggi 169 cm, selisih 5 cm atau mungkin hanya sepanjang jari telunjuk manusia dewasa. Xavi Hernandez, gelandang Spanyol yang juga Idola anda, hanya bertinggi 170 cm, selisih 6 cm dari anda. Tidak…saya tidak berharap anda bisa sampai menjadi pemain terbaik dunia, yang mana walaupun itu terjadi, saya dan jutaan rakyat Indonesia akan sangat bangga. Tapi saya hanya berharap anda tetap bermain seperti ini di masa mendatang. Sederhana, dan pintar memanfaatkan ruang kosong. Itu saja, karena di Indonesia, penngiring bola sudah terlahir lebih dari cukup.

Rasyid Bakri, maaf membebankan anda sebegitu beratnya. Tapi saya tidak bisa lagi menunggu selama saya menunggu kehadiran Ahmad Bustomi. Indonesia terlalu lama kehilangan jendral lapangan tengah selepas Era Fachry Husaini, Ansyari Lubis dan Bima Sakti. Tanpa bermaksud untuk tidak hormat kepada gelandang – gelandang hebat Indonesia setelah era tersebut sampai kemunculan Ahmad Bustomi. Firman Utina, Ponaryo Astaman, Eka Ramdani, adalah gelandang – gelandang hebat. Tapi tidak ada yang memiliki ketenangan seperti Ahmad Bustomi, dan setelahnya…Rasyid Bakri, si nomor 14 Tim Nasional U-22.
Selepas babak kualifikasi, nama anda mulai mudah dicari di dunia maya. Berita – berita tentang anda sebagai gelandang masa depan Indonesia mulai banyak ditulis, dan ini mungkin merupakan salah satu diantaranya. Saya tidak akan membandingkan anda dengan pemain Indonesia manapun, tidak juga menjuluki anda dengan “Ahmad Bustomi baru” atau “Penerus Syamsul Bachri”. Biarlah anda semakin hebat dan mencetak sejarah anda sendiri. Saya hanya ingin melihat anda tetap berkembang menjadi pemain yang punya ketenangan, pasing, dan penempatan posisi yang hebat. Biarlah suatu hari nanti sejarah Rasyid Bakri tertoreh dengan tinta emas berupa gelar juara untuk Indonesia.

Sekali lagi maaf…sudah membebani anda dengan harapan menjadi gelandang tim nasional Indonesia yang hebat di masa mendatang…

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Aris's Blog | Get More Information From here Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...